MESIN
Hampir
tidak mungkin Gadi hanya seorang anak dari kalangan berekonomi rendah bisa
menjadi Sarjana Hukum apa lagi Ibunya hanya seorang buruh cuci yang gajinya
hampir tidak mencukupi kehidupannya. Itu semua berkat doa seorang Ibu untuk
anaknya, selain itu juga karena kegigihan dan usaha yang di lakukan oleh Gadi.
Karena rasa sayang begitu besar yang dimiliki oleh Gandi maka apa yang selama
ini dia lakukan hanya semata-mata untuk membahagiakan Ibunya.
Gadi
sangat bersyukur memiliki Ibu berhati baja, berjiwa mulia. Mengajarkannya
banyak hal untuk kekuatan hidupnya demi meraih masa depan. Suka duka itu semua
bagian dari hidup. Kekuatan Ibunya menghadapi hidup atas nama cinta untuk
anaknya. Sang anginpun hanya datang untuk menghembusnya, diapun pergi setelah
sang daun harus gugur ke bumi rapuh terinjak.
Dia tidak
lagi iri kepada teman-temannya yang memiliki keluarga sempurna, punya orang tua
kandung yang lengkap dan hidup serba kecukupan. Ternyata, memiliki keluarga
lengkap tidak menjamin mereka bisa berhasil hidupnya.
Banyak
contoh di sekelilingnya, teman-teman sekolahnya yang naik turun mobil pribadi
saat sekolah, ternyata tidak mendapat cukup kasih sayang orang tuanya yang
jelas-jelas lengkap dan senantiasa bisa bersama mereka setiap saat. Banyak
kebahagiaan semu teman-temannya yang tidak tau apa arti kasih Ibu.
Sejak
duduk di pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah, Gadi selalu menjadai
sisiwa terbaik di sekolahnya di bandingkan dengan temen-temannya. Berkali-kali
ia selalu mendapat sanjungan dari guru-guru di sekolah maupun dari
teman-temannya. Tidak sedikit pula beasiswa yang di dapatkannya, dengan adanya
beasiswa inilah ia dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
selain itu juga dapat mengurangi beban hidup Ibunya yang tidak lagi memikirkan
beban biaya.
Sejak
duduk di bangku kuliah, dia tidak lagi tinggal bersama Ibunya melainkan ia ikut
tinggal dengan temannya di kos dekat kampusnya. Mengingat jarak dari rumah
menuju kampus lumayan jauh. Semenjak ia menjadi mahasiswa di kampusnya ia
jarang lagi pulang karena banyak tugas yang harus cepat di selesaikan. Di
kampus Gadi selalu ikut menjadi aktifis muda di kampusnya.
Siang itu,
Ibu Gadi sangat merindukan anaknya yang telah menjadi seorang yang mendiri.
Pada sore harinya, sang Ibu mendatangi kos tanpa sepengetahuan Gadi. Tempat kos
yang cukup sederhana namun nyaman untuk di tinggali. Tak lupa ia menitipkan
beberapa bingkisan makanan kesukaan Gadi dan alat solat berupa sarung dan peci,
selain itu ia juga menyelipkan Al-Qur’an kecil agar mengingatkannya untuk tetap
ingat dan beribadah kepada Allah SWT. Saat teman kos Gadi keluar dari kamar,
sang Ibu menitipkan beberapa bingkisan itu melalui teman yang di lihat umurnya
tidak jauh dari Gadi.
0 komentar:
Posting Komentar