Selasa, 11 September 2012

0 Nissan March


MESIN  
 Hampir tidak mungkin Gadi hanya seorang anak dari kalangan berekonomi rendah bisa menjadi Sarjana Hukum apa lagi Ibunya hanya seorang buruh cuci yang gajinya hampir tidak mencukupi kehidupannya. Itu semua berkat doa seorang Ibu untuk anaknya, selain itu juga karena kegigihan dan usaha yang di lakukan oleh Gadi. Karena rasa sayang begitu besar yang dimiliki oleh Gandi maka apa yang selama ini dia lakukan hanya semata-mata untuk membahagiakan Ibunya.
Gadi sangat bersyukur memiliki Ibu berhati baja, berjiwa mulia. Mengajarkannya banyak hal untuk kekuatan hidupnya demi meraih masa depan. Suka duka itu semua bagian dari hidup. Kekuatan Ibunya menghadapi hidup atas nama cinta untuk anaknya. Sang anginpun hanya datang untuk menghembusnya, diapun pergi setelah sang daun harus gugur ke bumi rapuh terinjak.
Dia tidak lagi iri kepada teman-temannya yang memiliki keluarga sempurna, punya orang tua kandung yang lengkap dan hidup serba kecukupan. Ternyata, memiliki keluarga lengkap tidak menjamin mereka bisa berhasil hidupnya.
Banyak contoh di sekelilingnya, teman-teman sekolahnya yang naik turun mobil pribadi saat sekolah, ternyata tidak mendapat cukup kasih sayang orang tuanya yang jelas-jelas lengkap dan senantiasa bisa bersama mereka setiap saat. Banyak kebahagiaan semu teman-temannya yang tidak tau apa arti kasih Ibu.
Sejak duduk di pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah, Gadi selalu menjadai sisiwa terbaik di sekolahnya di bandingkan dengan temen-temannya. Berkali-kali ia selalu mendapat sanjungan dari guru-guru di sekolah maupun dari teman-temannya. Tidak sedikit pula beasiswa yang di dapatkannya, dengan adanya beasiswa inilah ia dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi selain itu juga dapat mengurangi beban hidup Ibunya yang tidak lagi memikirkan beban biaya.
Sejak duduk di bangku kuliah, dia tidak lagi tinggal bersama Ibunya melainkan ia ikut tinggal dengan temannya di kos dekat kampusnya. Mengingat jarak dari rumah menuju kampus lumayan jauh. Semenjak ia menjadi mahasiswa di kampusnya ia jarang lagi pulang karena banyak tugas yang harus cepat di selesaikan. Di kampus Gadi selalu ikut menjadi aktifis muda di kampusnya.
Siang itu, Ibu Gadi sangat merindukan anaknya yang telah menjadi seorang yang mendiri. Pada sore harinya, sang Ibu mendatangi kos tanpa sepengetahuan Gadi. Tempat kos yang cukup sederhana namun nyaman untuk di tinggali. Tak lupa ia menitipkan beberapa bingkisan makanan kesukaan Gadi dan alat solat berupa sarung dan peci, selain itu ia juga menyelipkan Al-Qur’an kecil agar mengingatkannya untuk tetap ingat dan beribadah kepada Allah SWT. Saat teman kos Gadi keluar dari kamar, sang Ibu menitipkan beberapa bingkisan itu melalui teman yang di lihat umurnya tidak jauh dari Gadi.

0 komentar:

Posting Komentar